Sistem
Koordinat (Coordinate System) merupakan kesepakatan tata cara menentukan
posisi suatu tempat di muka Bumi ini. Dua sistem Koordinat yang biasa digunakan
di Indonesia adalah Geografis dan UTM. Berikut ini akan dibahas mengenai UTM (Universal Transverse Mercartor).
UTM
(UNIVERSAL TRANSVERSE MERCARTOR)
UTM
(Universal Transverse Mercartor)
memang tidak terlalu terkenal di Indonesia, karena lebih sering menggunakan
koordinat Bujur – Lintang. Sebagai ciri hasil
proyeksi UTM ini pada sebuah peta, yaitu terdapatnya garis lintang (Latitude)
dan garis bujur (Longitude). Keuntungan Peta ini adalah menggunakan sistem
koordinat global (seluruh dunia) sehingga apabila kita menggambarkan suatu
daerah yang diketahui Latitude dan Longitude-nya maka apabila kita mau
menggabungkan satu peta dengan peta yang lainnya tidak akan sulit.
Berikut
ini merupakan kelemahan dan kelebihan sistem koordinat UTM:
Kelebihan:
1. Proyeksinya (sistem sumbu) untuk
setiap zona sama dengan lebar bujur 6o.
2. Transformasi koordinat dari zona ke
zona dapat dikerjakan dengan rumus yang sama untuk setiap zona di seluruh
dunia.
3. Penyimpangannya cukup kecil, antara –
40 cm/100 m sampai dengan 70 cm/1000m
4. Setiap zona berukuran 6o
bujur X 8o lintang (kecuali pada lintang 72o LU – 84o LU
memiliki ukuran 6o bujur x 12o lintang.
Kekurangan:
Setiap
zona UTM memiliki irisan sekitar 40 km pada pinggir setiap zona. Jadi, setiap
daerah yang berada di daerah irisan, yakni di pinggir zona harus menggunakan 2
sistem zona.
Sistem Proyeksi UTM
Pada sistem proyeksi ini didefinisikan posisi horizontal dua
dimensi (x,y)utm dengan menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan konform
yang memotong bumi pada dua meridian standard.
Proyeksi Silinder
Proyeksi Polyder
Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform.
Pada proyeksi ini, setiap bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan
dua garis meridian yang masing-masing berjarak 20′. Diantara kedua paralel
tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut sebagai paralel standar
dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar. Titik potong antara
garis paralel standar dan garis meridian standar disebut sebagi ‘titik . Setiap
bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit angka. Digit
pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak garis sedangkan digit kedua yang menggunakan angka
arab menunjukangaris meridian standarnya (λ 0).
Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah :
Paralel
standar : dimulai dari I (ϕ 0 = 6°50′ LU) sampai LI (ϕ 0 =10°50′ LU)
Meridian
standar : dimulai dari 1 (λ 0 =11°50′ BT) sampai 96 (λ 0 =19°50′ BT)
Proyeksi
Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta (λ Jakarta =106°48′ 27′′,79 BT) .
Keuntungan proyeksi polyeder:
Karena perubahan jarak dan sudut pada
satu bagian derajat 20' x 20', sekitar 37 km x 37 km bisa diabaikan, maka
proykesi ini baik untuk digunakan pada pemetaan teknis skala besar.
Kerugian proyeksi polyeder:
a.
Untuk
pemetaan daerah luas harus sering pindah bagian derajat, memerlukan tranformasi
koordinat,
b.
Grid
kurang praktis karena dinyatakan dalam kilometer fiktif,
c.
Tidak
praktis untuk peta skala kecil dengan cakupan luas,
d.
Kesalahan
arah maksimum 15 m untuk jarak 15 km.
Origin UTM
titik
0 pertama dan titik nol kedua dalam UTM?
Setiap zone UTM memiliki sistem koordinat sendiri dengan titik nol
sejati pada perpotongan antara meridian sentralnya dengan ekuator. Dan, untuk
menghindari koordinat negatif, meridian tengah diberi nilai awal absis (x)
500.000 meter. Untuk zone yang terletak di bagian selatan ekuator (LS), juga
untuk menghindari koordinat negatif, ekuator diberi nilai awal ordinat (y)
10.000.000 meter. Sedangkan untuk zone yang terletak di bagian utara ekuator,
ekuator tetap memiliki nilai ordinat 0 meter.
Zona UTM (Universal Transverse Mercartor)
Seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi dibagi menjadi 60 zona
bujur. Zona 1 dimulai dari lautan teduh (pertemuan antara garis 180 Bujur Barat
dan 180 Bujur Timur), menuju ke timur dan berakhir di tempat berawalnya zona 1.
Masing-masing zona bujur memiliki lebar 6 (derajat) atau sekitar 667 kilometer.
Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan panjang
masing-masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 km. Zona lintang dimulai
dari 80 LS - 72 LS diberi nama zona C dan berakhir pada zona X yang terletak
pada koordinat 72 LU - 84 LU. Huruf (I) dan (O) tidak dipergunakan dalam
penamaan zona lintang. Dengan demikian penamaan setiap zona UTM adalah
koordinasi antara kode angka (garis bujur) dan kode huruf (garis lintang).
Sebagai contoh kabupaten Garut terletak pada zona 47M dan 48M, Kabupaten Jember
terletak di zona 49M.
Datum
![](file:///C:/Users/FARIS/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
1.
Datum
Vertikal
Datum yang menampilkan
permukaan yang menunjukkan ketinggian. Di Amerika Serikat, datum vertikal yang
biasa digunakan adalah geodetik datums vertikal nasional tahun 1929.
2.
Datum
Horizontal
Datum horizontal, digunakan
sebagai referensi untuk posisi, didefinisikan oleh: garis lintang dan bujur
dari titik awal, arah garis antara titik pertama dan titik kedua ditentukan
secara dua dimensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar