Kamis, 13 Maret 2014

Tugas III


Sistem Koordinat (Coordinate System)  merupakan kesepakatan tata cara menentukan posisi suatu tempat di muka Bumi ini. Dua sistem Koordinat yang biasa digunakan di Indonesia adalah Geografis dan UTM. Berikut ini akan dibahas mengenai UTM (Universal Transverse Mercartor).

UTM (UNIVERSAL TRANSVERSE MERCARTOR)
UTM (Universal Transverse Mercartor) memang tidak terlalu terkenal di Indonesia, karena lebih sering menggunakan koordinat Bujur – Lintang. Sebagai ciri hasil proyeksi UTM ini pada sebuah peta, yaitu terdapatnya garis lintang (Latitude) dan garis bujur (Longitude). Keuntungan Peta ini adalah menggunakan sistem koordinat global (seluruh dunia) sehingga apabila kita menggambarkan suatu daerah yang diketahui Latitude dan Longitude-nya maka apabila kita mau menggabungkan satu peta dengan peta yang lainnya tidak akan sulit.
Berikut ini merupakan kelemahan dan kelebihan sistem koordinat UTM:
Kelebihan:
1.    Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama dengan lebar bujur 6o.
2.    Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat dikerjakan dengan rumus yang sama untuk setiap zona di seluruh dunia.
3.    Penyimpangannya cukup kecil, antara – 40 cm/100 m sampai dengan 70 cm/1000m
4.    Setiap zona berukuran 6o bujur X 8o lintang (kecuali pada lintang 72o LU – 84o LU memiliki ukuran 6o bujur x 12o lintang.
Kekurangan:
Setiap zona UTM memiliki irisan sekitar 40 km pada pinggir setiap zona. Jadi, setiap daerah yang berada di daerah irisan, yakni di pinggir zona harus menggunakan 2 sistem zona.

Sistem Proyeksi UTM
Pada sistem proyeksi ini didefinisikan posisi horizontal dua dimensi (x,y)utm dengan menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan konform yang memotong bumi pada dua meridian standard.
Proyeksi Silinder

Proyeksi Polyder
Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing berjarak 20′. Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar. Titik potong antara garis paralel standar dan garis meridian standar disebut sebagi ‘titik . Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak garis  sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab menunjukangaris meridian standarnya (λ 0).  Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah :
Paralel standar : dimulai dari I (ϕ 0 = 6°50′ LU) sampai LI (ϕ 0 =10°50′ LU)
Meridian standar : dimulai dari 1 (λ 0 =11°50′ BT) sampai 96 (λ 0 =19°50′ BT)
Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta  (λ Jakarta =106°48′ 27′′,79 BT) .
Keuntungan proyeksi polyeder:
Karena perubahan jarak dan sudut pada satu bagian derajat 20' x 20', sekitar 37 km x 37 km bisa diabaikan, maka proykesi ini baik untuk digunakan pada pemetaan teknis skala besar.
Kerugian proyeksi polyeder:
a.    Untuk pemetaan daerah luas harus sering pindah bagian derajat, memerlukan tranformasi koordinat,
b.    Grid kurang praktis karena dinyatakan dalam kilometer fiktif,
c.    Tidak praktis untuk peta skala kecil dengan cakupan luas,
d.    Kesalahan arah maksimum 15 m untuk jarak 15 km.

Origin UTM
titik 0 pertama dan titik nol kedua dalam UTM?
Setiap zone UTM memiliki sistem koordinat sendiri dengan titik nol sejati pada perpotongan antara meridian sentralnya dengan ekuator. Dan, untuk menghindari koordinat negatif, meridian tengah diberi nilai awal absis (x) 500.000 meter. Untuk zone yang terletak di bagian selatan ekuator (LS), juga untuk menghindari koordinat negatif, ekuator diberi nilai awal ordinat (y) 10.000.000 meter. Sedangkan untuk zone yang terletak di bagian utara ekuator, ekuator tetap memiliki nilai ordinat 0 meter.

Zona UTM (Universal Transverse Mercartor)
Seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi dibagi menjadi 60 zona bujur. Zona 1 dimulai dari lautan teduh (pertemuan antara garis 180 Bujur Barat dan 180 Bujur Timur), menuju ke timur dan berakhir di tempat berawalnya zona 1. Masing-masing zona bujur memiliki lebar 6 (derajat) atau sekitar 667 kilometer.
Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan panjang masing-masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 km. Zona lintang dimulai dari 80 LS - 72 LS diberi nama zona C dan berakhir pada zona X yang terletak pada koordinat 72 LU - 84 LU. Huruf (I) dan (O) tidak dipergunakan dalam penamaan zona lintang. Dengan demikian penamaan setiap zona UTM adalah koordinasi antara kode angka (garis bujur) dan kode huruf (garis lintang). Sebagai contoh kabupaten Garut terletak pada zona 47M dan 48M, Kabupaten Jember terletak di zona 49M.
Datum
Datum merupakan sistem koordinat yang dapat didefinisikan sebagai sebuah data yang referensi permukaan Bumi dalam konstanta numerik atau geometris. Ada banyak jenis datum.  Ada dua jenis utama datums namun secara umum yang di pakai di dalam survey yang dat dijadikan referensi untuk menghitung atau mengkorelasikan hasil survei datum dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu Datum horisontal dan Datum vertikal.
1.    Datum Vertikal
Datum yang menampilkan permukaan yang menunjukkan ketinggian. Di Amerika Serikat, datum vertikal yang biasa digunakan adalah geodetik datums vertikal nasional tahun 1929.
2.    Datum Horizontal
Datum horizontal, digunakan sebagai referensi untuk posisi, didefinisikan oleh: garis lintang dan bujur dari titik awal, arah garis antara titik pertama dan titik kedua ditentukan secara dua dimensi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar